Senin, 21 November 2011

Perjuangan Nazarul Fahmi & Rangga Pratama Menuju Arsenal

Nazarul Fahmi & Rangga Pratama (GOAL.com/Ist)

Kabar lolosnya dua putra Indonesia hasil seleksi Tunas Garuda, yakni Nazarul Fahmi (striker/Aceh) dan Rangga Pratama (kiper/Palembang) masih terngiang jelas di telinga. Betapa kegembiraan itu bukan hanya milik keduanya, tapi juga milik negeri ini. Kali pertama inilah, pesepakbola muda Indonesia bisa dilirik dan masuk Arsenal Academy.

Baik Fahmi dan Rangga bisa lolos ke London Utara melalui seleksi panjang. Seperti Fahmi, yang harus ikut seleksi di Lubukpakam, Deliserdang, Sumatera Utara, sementara domisilinya di Bireuen, Aceh. Lolos dari sini, dibawa ke Jakarta dan seleksi lagi, kemudian bersama belasan anak yang lolos seleksi di Jakarta dan dibawa seleksi lagi untuk masuk Arsenal Academy. Dari belasan itu, Fahmi dan Rangga dianggap yang terbaik dan diputuskan bisa masuk Arsenal Academy.

Keputusan dipilihnya Rangga dan Fahmi juga terbilang unik. Rombongan Indonesia sudah menginjakkan kaki di bandara menuju Indonesia dan telepon masuk ke ofisial Indonesia dari Arsenal Academy soal Fahmi dan Rangga yang harus stay di London.

Namun, baru dua hari menjalani latihan di Arsenal Academy, keduanya harus menelan pil pahit tak lagi bisa di Arsenal Academy, lantaran tak memiliki passport Inggris. Alhasil, keduanya harus meninggalkan London, Inggris, pada Selasa, 15 Nopember. Akademi Arsenal hanya menerima pemain yang berkewarganegaraan Inggris, sedangkan mereka belum cukup umur untuk mengganti warga negara.

Lalu bagaimana kabar Fahmi yang saat ini memilih menetap di Banda Aceh, tempat kakaknya daripada harus pulang ke Bireuen?

"Saya mau ketemu Gubernur Aceh, makanya saya memilih di Banda Aceh, tapi belum bisa, karena jadwal Pak Gubernur padat. Saya mau dikasih solusi seperti apa. Saya masih kecewa, karena tidak bisa di Akademi Arsenal lagi untuk latihan," ungkapnya kepada GOAL.com Indonesia melalui telepon genggamnya.

Pesepakbola kelahiran 13 November 1996 ini mengakui awalnya ia tak percaya mendengar keputusan harus menghentikan latihan di Akademy Arsenal. "Kami dikasih tahu saat sedang latihan, kami besok tidak bisa ikut latihan di akademi karena soal passport warga negara Inggris. Ya, terkejut mendengarnya, terkejutnya sama seperti dikasih tahu soal lolos ke akademi," ungkapnya.

Anak kelima dari tujuh bersaudara pasangan Safwandi dan Hadisah ini tak bisa mengelak realita, dan bersama Ben Corbyn, salah satu pelatih Arsenal Academy, mereka hanya latihan di lingkungan luar Arsenal Academy. "Sempat seminggu juga kami latihan di lapangan dekat rumah Ben, saat itu saya sempat bilang kepadanya, saya mau bermain di Stadion Emirates. Ben kemudian menyemangati saya, itu cita-cita bagus dan tidak ada yang tidak mungkin," kenangnya.

Satu hal yang paling disesali Fahmi adalah, dia begitu antusias dengan metode latihan di akademi Arsenal. "Latihannya luar biasa, benar-benar tertata, fokus, dan tidak main-main, semuanya serba serius," timpalnya.

Kini, Fahmi hanya berharap ada jalan keluar terbaik untuk mereka. "Belum banyak anak Indonesia bisa ke Arsenal Akademy. Saya jujur masih merasa sedih, sampai saat ini belum ada kejelasan," ujar siswa SMA Negeri 2 Peusangan, Bireuen, Matang Glumpang II, Bireuen, Aceh.

Persoalan Fahmi, juga masih menyimpan duka buat ibunda tercintanya, Habisah. Kepala SMP Negeri 3 Peusangan, Bireuen ini mengungkapkan, harapan agar Fahmi bisa mendapatkan solusi terbaik, ini mengingat sang buah hati yang dianggapnya masih menyimpan kesedihan mendalam. Fahmi di mata orang tuanya, sejak pulang ke Indonesia dan ke Banda Aceh, lebih banyak diam.



"Kami sekeluarga memang kecewa, kami tahu Fahmi sangat ingin mengembangkan sepakbolanya. Saya siap berkorban apa saja asal Ami (panggilan akrab Fahmi) bisa kembali berlatih bola. Dia tidak ingin latihan di Aceh, dan masih berharap bisa ke Arsenal," tuturnya.

Saking inginnya berlatih ke luar negeri, Fahmi, menurut Habisah, sempat mengikuti dan melihat tim Aceh yang baru pulang dari Paraguay. "Dia ingin tahu mungkin bisa juga ikut dengan tim itu," timpalnya.

Habisah mengerti buah hatinya yang punya tekad kuat di bola. Dia bahkan sempat berdiskusi dengan Fahmi, jika membutuhkan dana untuk menopang hidup di luar negeri, dia siap melakukan apa pun. "Saat berangkat ke Inggris,  Ami sempat bilang ke saya, apakah mau mendukung dia sepenuhnya. Saya katakan, apa pun saya lakukan, mobil pun saya jual jika demi Ami bisa meneruskan cita-citanya," tukasnya.

Begitu Fahmi memberi tahu orang tuanya kalai ia lolos ke Academy Arsenal, Habisah dan suami langsung menangis. "Saat Fahmi telepon dari Inggris, ayahnya menangis senang. Ami bilang ke ayahnya, jangan nangis ayah, kan dulu selalu berdoa anaknya berhasil sambil menangis sekarang sudah berhasil ke Inggris pun ayah nangis juga. Padahal saat itu, kami senang karena akhirnya dia mencapai cita-citanya untuk mendalami sepakbola lebih baik lagi," ungkapnya.

"Tapi rupanya Allah punya rencana lain. Kami harus kuat, terutama Ami. Kami melihat perubahan sikapnya sejak pulang dan lebih banyak diam. Kami berharap semoga semua bisa dilaluinya dengan baik. Dia masih belum bisa mengerti mengapa orang Inggris mengakui kemampuannya tapi harus berakhir seperti ini," ucapnya.

Habisah juga tak menyalahkan Tunas Garuda. Namun, Habisah menginginkan bantuan pihak mana pun, agar anaknya bisa berlatih di luar Aceh. "Ami ingin latihan paling tidak ya di Jakarta, dia ingin dekat dengan pelatih Rully Nere dan Jules Onana (pelatih saat seleksi Tunas Garuda). Dia ingin mengembangkan diri di luar Aceh. Soal Arsenal, saya serahkan pada Allah untuk memberikan jalan yang terbaik. Saya hanya ingin Ami bangkit dan bisa mewujudkan impiannya," paparnya.



Sementara itu, ketua panitia seleksi Tunas Garuda Rizky Kusuma yang dihubungi, menjelaskan, pihaknya juga sempat kecewa, begitu diberitahu Fahmi dan Rangga tidak bisa melanjutkan latihan di Arsenal Academy, karena tidak memiliki passport Inggris.  Awalnya, lanjut Rizky, pihaknya memang menggandeng Soccer School Indonesia (SSI), yakni perwakilan Arsenal di Indonesia untuk tempat anak-anak yang lolos seleksi seleksi, termasuk proses sampai ke London, Inggris. Dari jadwalnya, peserta akan berada di London selama dua sampai enam minggu di Arsenal Academy.

"Kita ya ada juga perasaan kecewa, karena diberitahu saat anak-anak sudah latihan di sana. Pihak Arsenal Academy memberitahu, ada peraturan baru dari FIFA, pemain yang latihan di academy klub seperti Arsenal Academy harus yang memiliki passport negara tersebut  atau bisa Eropa," ungkapnya.

Pihaknya, lanjutnya, memang masih dalam proses menunggu kabar dari Arsenal Academy. "Kami terus menunggu, pihak Arsenal Academy sendiri mengakui ini (peraturan) masih baru. Kami sempat bingung, lantaran kalau melihat kasus seperti Lionel Messi yang berlatih di Barcelona Academy La Masia tapi masih berwarga Argentina sampai sekarang," tuturnya.

Ada solusi mencuat soal Fahmi dan Rangga apakah harus  memiliki warga negara ganda atau berganti warga negara, dan bisa memiliki passport Inggris. "Tapi kami belum memutuskan seperti itu, kami masih menunggu info dari Arsenal Academy," tegasnya.

Rizky mengatakan, hal yang menimpa Fahmi dan Rangga bisa dikatakan force majeure. "Mereka sudah bagus dan bisa berlatih dan dipilih ikut Arsenal Academy, tapi harus terbentur kendala seperti ini. Bagi kami, ini menjadi pembelajaran agar bisa lebih baik lagi ke depan. Namun, pencapaian sejauh ini sudah berhasil termasuk terpilihnya Fahmi dan Rangga oleh pihak Arsenal Academy. Dan kami berharap kabar baik datang untuk mereka dari London," ungkapnya.

Sedangkan, Iman Arief, direktur Soccer School Indonesia (SSI) Arsenal, juga menyatakan siap membantu Fahmi dan Rangga agar tetap bisa latihan di Arsenal Academy. "Lagi disiapkan surat dari Menpora, untuk mendukung visa mereka di sana supaya bisa tetap masuk akademinya Arsenal, ditambah dukungan pemerintah. Surat ini akan dikirim ke klub, FA dan pemerintah," ujarnya. (gk-38)


#Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar